Rabu, 11 Februari 2009

Penerapan Metode CTL

PENERAPAN METODE CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ) YANG MENARIK DAN PARTISIPATIF UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SOSIOLOGI POKOK BAHASAN SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN 2008

A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran siswa SMA, banyak metode dan teknik belajar yang bisa diterapkan. Untuk keberhasilan pembelajaran penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai pembelajaran, yakni agar peserta dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan apabila pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode dan teknik karena hanya faktor pertimbangannya sendiri yakni menggunakan metode dan teknik yang paling mudah atau hanya disebabkan keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas itu atau karena kecendrungannya hanya menguasai satu metode dan teknik pembelajaran saja.
Proses pembelajaran dapat dirinci sebagai berikut :
Proses penataan proses perluasan
pengalaman pengalaman










Penetapan pemilihan metode dan tekhnik pembelajaran seharusnya guru mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin dicapai. Program pembelajaran dibagi menjadi dua jenis :
1. Rancangan proses untuk mendorong siswa SMA untuk menata dan mengisi pengalaman baru dengan masa lampau yang pernah dialami, misalnya dengan latihan keterampilan, melalui tanya jawab, wawancara, latihan kepekaan, dan lain-lain, sehingga memberi wawasan baru pada masing-masing individu untuk memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya.
2. Proses pembelajaran yang dirancang untuk tujuan meningkatkan transper pengetahuan baru, pengalaman dan keterampilan baru untuk mendorong masing-masing individu dapat meraih semaksimal mungkin pengetahuan yang diinginkannya, apa yang menjadi kebutuhannya, keterampilan yang diperlukannya.
Untuk menguraikan lebih lanjut apa yang dimaksud di atas secara singkat diperinci bagaimana hubungannya dengan ujung pada kontinum proses belajar, yakni penataan pengalaman belajar.

No Aspek Tekanan pada penataan pengalaman mengajar Perluasan pengalaman belajar
1 Persiapan dan orientasi belajar Membuat pelajar enak mengungkapkan sukses dan kegagalannya di masa lalu, mengutamakan makna penilaian pengalaman masa lampau untuk dapat mengatasi masalah serupa dikemudian hari Mengutamakan masalah yang kini tidak dapat dipecahkan oleh pelajar, tetapi dapat dipecahkannya setelah mendapat bahan baru. Membantu pelajar untuk mengatasi ketidakmampuannya mempelajari bahan baru
2 Suasana dan kecakapan belajar Banyak merenungkan, tanpa tergesa-gesa sangat dipengaruhi oleh reaksi dan kemampuan pelajar Menarik dan mengasikkan sangat ditentukan oleh sifat dan isi pelajaran
3 Peran yang mengajar lebih banyak Menciptakan suasana, memberi makna pada pengalaman belajar, memancing ungkapan pengalaman, memberi umpan balik, membantu membuat generalisasi Mengolah data dan konsep baru, mempraktekkan bahan baru, atau memperlihatkan tingkah laku baru
4 Peran yang belajar lebih banyak Mengungkapkan data mengenai pengalaman dan pendapatnya, menganalisa penglamannya, menggali alternatif dan dan manfaat Mengolah data dan konsep baru, mempraktekkan bahan baru, melihat penerapan bahan baru pada situasi nyata
5 Sukses bergantung diri Suasana bebas dari ancaman, rasa kebutuhan pelajar untuk menemukan pendekatan baru dalam mengatasi masalah lama Kejelasan penyajian baru, penghargaan pelajar terhadap pengajar, relevansi bahan baru penilaian pelajar.

Gambaran di atas menunjukkan adanya beberapa program pendidikan bagi siswa SMA yang dalam pelaksanan pembelajaran butuh kombinasi berbagai metode dan teknik yang cocok sesuai situasi dan kondisi yang diperlukan sehingga dicapai tujuan yang memuaskan. Kemampuan dapat diperkiran yaitu 1% melalui indera perasa dan peraba, 3,5% melalui indera penciuman, 11% melalui indera pendengar, dan 83% melalui penglihat.
Dalam text home examination ini penulis akan mencoba merancang metode dan teknik belajar siswa SMA yang menarik dan partisipatif. mata pelajaran Sosiologi dengan tema isi sosialisasi dan pembentukan kepribadian.



B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuaraikan terdapat beberapa permasalahan yang diidentifikasi sebagai berikut.
1. Menerapkan metode CTL untuk peningkatan kualitas belajar sosiologi sesuai dengan kondisi dan situasi pada pokok bahasan sosialisasi dan pembentukan kepribadian.
2. Kebanyakan siswa mempelajari materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian hanya dengan menghapal sehingga kurang memahami konsep yang sebenarnya.

I. MATERI POKOK, STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, DAN INDIKATOR
2.1 Materi Pokok :
Sosialisasi Dan Pembentukan Kepribadian.
2.2 Standar Kompetensi :
Memahami nilai dan norma dalam membentuk keteraturan hidup bermasyrakat.
2.3 Kompetensi Dasar :
Menganalisis proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian
2.4 Indikator :
A. Mendeskripsikan peran nilai dan norma sosial dalam proses sosialisasi.
B. Mendeskripsikan proses sosialisasi.
C. Mengidentifikasi faktor-faktor pembentukan kepribadian.
D. Membuat tulisan berdasarkan data sekuder atau primer tentang hubungan pembentukan kepribadian dengan kebudayaan.





II. PENENTUAN METODE DAN TEKHNIK BELAJAR SISWA SMA YANG PALING TEPAT
Setelah kita memahami materi pokok, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Maka langkah kita selanjutnya adalah menentukan metode dan teknik belajar siswa SMA yang paling tepat agar menarik dan partisipatif.






Dari gambar di atas tampak bahwa pada metode dan teknik ceramah peserta hanya mendengarkan. Fungsi bicara hanya sedikit terjadi tanya jawab. Untuk metode dan teknik diskusi bicara dan mendengarkan adalah seimbang. Dalam pendidikan dengan cara demontrasi peserta sekaligus mendengar, melihat dan berbicara. Pada saat latihan praktis peserta dapat mendengar, melihat, berbicara, mangerjakan sekaligus, sehingga dapat diperkirakan akan menjadi paling efektif.

III. ISI MATERI
A. Peranan Nilai dan Norma Sosial dalam Proses Sosialisasi
1. Perbedaan Nilai dan Norma Sosial
Nilai dan norma mempunyai peran yang sama yaitu menciptakan keteraturan sosial dalam masyarakat dengan memberikan arah perilaku yang benar serta membatasi perilaku yang salah. Tetapi antara nilai dan norma mempunyai perbedaan yang mendasar antara lain :
No Nilai Sosial Norma Sosial
1 Terbentuk lebih dulu daripada norma Terbentuk setelah adanya nilai, norma yang dibuat untuk melaksanakan nilai
2 Bersifat abstrak (samar-samar) Bersifat konkrit (nyata, jelas dan tegas)
3 Belum dilengkapi sanksi Telah dilengkapi dengan sanksi
4 Tidak tertulis Bisa tertulis, bisa tidak tertulis
5 Mempunyai fungsi sebagai pedoman perilaku warga masyarakat Mempunyai fungsi mengatur dan membatasi perilaku warga masyarakat



a. Nilai sosial
1) Pengertian nilai sosial
Yang dimaksud dengan nilai adalahsesuatu yang dianggap baik dan benar yang selanjutnya dicita-citakan oleh kalangan masyarakat luas untuk dapat dilakukan bagi semua orang dalam masyarakat.
Menurut soleman (1990 : 63) mengatakan bahwa “Nilai-nilai juga memberikan perasaan identitas masyarakat dan menentukan seperangkat tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Polak (1985 : 30) nilai values dimaksudkan sebagai ukuran-ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan, kenyakinan-kenyakinan yang dianut oleh orang banyak dalam lingkungan suatu kebudayaan tertentu, mengenai apa yang benar, pantas, luhur dan baik untuk dikerjakan, dilaksanakan atau diperhatikan.
Berikut ini adalah beberapa pendapat ahli sosiologi tentang nilai sosial dalam masyarakat, antara lain :
a) Woods, mengatakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Green, melihat nilai sosial sebagai kesadaran yang berlangsung secara relatif dan disertai emosi terhadap objek, ide, dan orang perorangan.
c) Young, merumuskan bahwa nilai sosial adalah asumsi-asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang penting.
2) Tolak ukur nilai sosial
Salah satu fungsi dari nilai sosial adalah menjadi tolak ukur benar atau tidaknya suatu perilaku individu di dalam masyarakat. Tetapi harus diketahui bahwa setiap masyarakat (suku bangsa) mempunyai sistem nilai yang berbeda-beda. Yang menjadi tolok ukur dalam sistem nilai adalah dilihat dari struktur budaya masyarakat itu sendiri.
3) Jenis-jenis nilai sosial
Menurut Prof. Dr. Notonagoro nilai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a) Nilai vital, adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melakukan kegiatan atau aktivitasnya.
b) Nilai material, adalah segala benda yang berguna bagi jasmani manusia.
c) Nilai kerohanian, adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dibagi lagi menjadi 4 jenis :
a) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (estetika).
b) Nilai moral yaitu nilai yang bersumber dari baik-buruknya perilaku selanjutnya dihimpun dalam ilmu tersendiri yang disebut ilmu etika.
c) Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan/ kenyakinan manusia.
d) Nilai kebenaran (kenyataan) yang bersumber dari akal manusia (cipta, rasio, budi).
4) Ciri-ciri nilai sosial
Nilai sosial merupakan salah satu produk budaya yang dihasilkan dari pergaulan antarindividu dalam masyrakat. Tiap-tiap nilai sosial akan mengandung kebenaran yang hakiki yang senantiasa terseleksi hingga memperoleh suatu kebenaran yang mutlak. Namun demikian bahwa setiap masyrakat mempunyai sitem nilai yang berbeda-beda. Walaupun secara universal mempunyai ciri-ciri yang sama antara lain :
a) Berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.
b) Dapat mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap setiap orang dalam masyrakat.
c) Terbentuk dari hasil interaksi sosial antarwarga masyarakat.
d) Dapat disebarluaskan melalui pergaulan.
e) Terbentuk melalui proses belajar.
f) Merupakan faktor pembentuk pribadi seorang, baik positif maupun negatif.
g) Merupakan hasil seleksi dari berbagai macama aspek kehidupan di dalam msyarakat.
b. Norma sosial
1) Pengertian norma sosial
Norma sosial adalah semua bentuk ketentuan baik tertulis maupun tidak tertulis yang ada dan berlaku di dalam masyarakat untuk mengatur hubungan dan pengaruh timbal balik antaranggota masyarakat dalam melakukan aktivitas sosialnya.
2) Daya ikat norma
Berdasarkan kuat lemahnya daya ikat norma kita mengenal 4 macam tingkatan norma, antara lain :
a) Cara (Usage)
b) Kebiasaan (Folkways)
c) Tata Kelakuan (Mores)
d) Adat Istiadat (Custom)
3) Jenis-jenis norma
a) Norma adat dan kebiasaan
b) Norma kesusilaan dan kesopanan
c) Norma agama
d) Norma hokum

4) Fungsi nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari
a. Sebagai pendorong (motivator)
b. Sebagai petunjuk arah perilaku
c. sebagai benteng perlindungan
5) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peruban nilai dan norma
a. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Berubahnya struktur pemerintahan
c. Perubahan tingkat peradapan
d. Penemuan-penemuan baru
e. Percampuran dengan budaya lain
B. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi pada hakikatnya adalah proses belajar berinteraksi bagi individu di tengah-tengah masyarakat. Dalam arti luas proses sosialisasi adalah proses komunikasi dan proses interaksi yang dilakukan oleh seorang individu selama hidupnya sejak lahir sampai dengan meninggal.
1. Tujuan Sosialisasi
Sosialisasi pada dasarnya bertujuan agar seorang individu mampu berinteraksi denagn orang lain sesuai dengan tata pergaulan yang ada dalam masyarakatnya. Tetapi pada hakikatnya sosialisasi merupakan proses alamiah yang harus dijalani oleh setiap orang untuk mencapai kedewasaan perilaku sosial.
Hal-hal yang diperoleh dalam proses sosialisasi adalah pengetahuan-pengetahuan untuk membekali seorang individu dalam melaksanakan pergaulan di tengah-tengah masyarakat antara lain :
a. Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam suatu masyarakat.
b. Untuk mengetahui lingkungan sosial baik lingkungan sosial tempat individu bertempat tinggal termasuk lingkungan sosial yang baru.
c. Untuk mengetahui lingkungan fisik yang baru.
d. Untuk mengetahui lingkungan sosial budaya suatu masyarakat.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi
a. Faktor Eksternal
Sejak manusia dilahirkan manusia telah mendapat pengaruh dari lingkungan di sekitarnya yang disebut faktor eksternal. Faktor eksternal pada dasarnya merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu yang melakukan proses sosialisasi tersebut. Faktor eksternal ini dapat berupa norma-norma, sistem sosial, sistem budaya, sistem mata pencarian yang ada di dalam masyarakat.
b. Faktor Internal
Sejak lahir manusia itu sesungguhnya telah memiliki pembawaan. Pembawaan berupa bakat, ciri-ciri fisik dan kemampuan-kemapun khusus dari orang tuanya. Pada hakikatnya faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang melakukan proses sosialisasi tersebut. Wujud nyata dari faktor internal antara lain dapat berupa pembawaan-pembawaan ataupun warisan biologis termasuk kemampuan-kemampuan yang ada pada diri seseorang.
3. Media Sosialisasi
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan sekolah
c. Media massa
d. Teman sepermainan (play group)
e. Lingkungan kerja
C. Faktor-faktor Pembentukan Kepribadian
1. Faktor Warisan Biologis (Pembawaan)
Warisan biologis dapat berupa :
a. Ciri-ciri fisik seperti raut muka, warna kulit, postur tubuh.
b. Golongan darah.
c. Bakat-bakat.
d. Sifat-sifat khas.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan keluarga dan kerabat
b. Lingkungan pendidikan
c. Lingkungan pergaulan (lingkungan kerja)
d. Media massa
e. Lingkungan masyarakat luas
D. Hubungan Pembentukan kepribadian dengan kebudayaan
Kebudayaan dapat berwujud :
1. Sistem Ide (gagasan)
2. Sistem Aktivitas (perilaku Sosial)
3. Benda-benda Konkrit (artefak)
Pada dasarnya etos kebudayaan adalah watak khas dari suatu masyarakat yang dapat terpancar dari perilaku warga masyarakatnya. Misalnya dalam bentuk bahasa, pakaian adat, kesenian, pola pikir, dan lain-lain. Dari sini jelaslah bahwa kepribadian mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kebudayaan setempat dan selanjutnya kebudayaan setempat berangsur-angsur akan dipengaruhi bahkan direvisi oleh pribadi-pribadi yang ada pada masyarakat tersebut.
Hubungan kebudayaan dan kepribadian










Bagan Keterkaitan antara Kepribadian dengan Kebudayaan














V. PENUTUP
Belajar adalah sebagai proses menjadi dirinya sendiri ( process of becoming) bukan proses untuk menuruti kehendak orang lain (poses of being haped) maka kegiatan belajar harus melibatkan individu sehingga dapat mengetahui apa yang mereka inginkan, mencari apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi keinginan itu, melakukan tindakan apa yang harus dilakukan, dan merencanakan serta melakukan apa saja perlu dilakuakan untuk membuat keputusan itu. Pendidik hanyalah sebagai fasilitator yang membantu siswa belajar sehingga tidak pantas pendidik bersikap otoriter.
Metode dan teknik pembelajaran banyak yang bisa diterapkan akan tetapi di dalam penerapannya butuh pertimbangan sesuai dengan indikator yang akan dicapai. Dalam pokok bahasan mengenai Sosialisasi dan pembentukan kepribadian penulis lebih menyarankan dengan diskusi dan latihan praktis. Alasannya, pada saat diskusi dan latihan praktis peserta dapat mendengar, melihat, berbicara, dan mengerjakan sekaligus, sehingga dapat diperkirakan akan menjadi paling efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Hutomo, Priyo.2005. Panduan Pembelajaran Sosiologi. Surakarta : Mediatama.
Kartono, Kartini. 1992. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis. Apakah Pendidikan Masih Diperlukan. Bandung : Mandar Maju
Mu’in, Idanto. 2004. Sosiologi SMA Jilid I Untuk SMA Kelas X, Jakarta : Erlangga.
Soekanto, Soerjono.2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
www.depdiknas.go.id/jurnal/34/konsep_dan_pembelajaran.htm yang diakses pada tanggal 18 Agustus 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar