Sabtu, 26 Februari 2011

PSIKOLOGI BELAJAR


 Psikologi Belajar

                Sejak awal perlu diingat bahwa kemungkinan besar tidak ada satu definisi belajar yang dapat diterima oleh semua orang. Peringatan dini ini telah dikemukakan oleh banyak pakar belajar. Misalnya Catatia mengatakan kita mengakui pada permulaan bahwa kita tidak akan mampu mendefinisikan belajar tidak ada definisi-definisi yang memuaskan. Domjan dan Bukhari mengatakan satu definisi belajar yang diterima secara universal tidak ada.
             Belajar versi superlearning mengatakan bahwa meskipun kita mempokuskan pada salah satu dari ketiga bagian yaitu  otak kiri, otak kanan, dan tubuh., namun karena kita itu bersifat manuia yang utuh, maka bagi dua yang lain tetap ada. Dua bagian  yang lain tersebut  bisa untuk menciptakan disharmoni, tapi bisa juga menciptakan harmoni. Dalam superlearning ketiga bagian tersebut akan bekerja bersama-sama secara harmonis dan saling mendukung. Inilah mengapa superlearning disebut sebagai satu system belajar yang holistic.
                Superlearning yang menekankan pendekatan holistik juga memiliki efek yang sukar untuk dijelaskan. Misalnya seorang wanita yang sedang belajar bahasa perancis merasakan kesembuhan pada gangguan sinusnya, seorang pria yang sedang belajar kimia menemukan bahwa intuisinya menjadi lebih tajam.
    Superlearning juga akan mengubah kepribadian-kepribadian kita yang menghambat kita untuk untuk berkembang maju. Superlearning akan membantu kita menghilangkan ketakutan, menyalahkan diri sendiri, citra diri yang negatif, serta sugesti-sugesti negatif  yang kita miliki mengenai keterbatasan kemampuan kita. Disamping itu superlearning juga akan memberikan perasaan harmonis dalam diri kita.
Superlearning juga menumbuhkan keceriaan  dalam belajar. Pada umumnya pengalaman belajar bagi kita bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Superlearning berpendapat bahwa belajar adalah bertumbuh kembang, bertumbuh kembang adalah hidup itu sendiri. Jika kita belajar dengan superlearning maka kita akan merasa lebih baik pada diri kita dan orang lain.
Superlearning lebih berkaitan dengan potensial quotion daripada IQ sebab IQ cenderung stabil sementara kita masih dapat mengembangkan potensi yang kita miliki. Lazanov menamakan system belajarnya sebagai suggestopedia yang merupakan bagian dari sugestologi.
                Superlearning mencakup dua prinsip penting, yakni Pertama, keadaan tubuh dan pikiran yang rileks. Pikiran akan mampu lebih cepat dan lebih mudah mempelajari sesuatu jika tubuh bekerja secara lebih efisian. Jika jantung yang biasanya berdetak 70-80 kali permenit dapat diperlambat menjadi 60 kali permenit, maka pikiran akan mudah untuk belajar. Kedua, ritme tubuh dan pikiran yang singkronis. Satu jenis musik dengn ritme tertentu akan membuat kita lebih rileks sekaligus tetap mampu berkonsentrasi. Jika ritme tubuh kita sama dengan ritme musik tadi maka proses belajar akan lebih mudah. Mendengarkan musik klasik yang ritmenya sangat lambat, ritme istirahat maka ritus tubuh kita (detak jantung, gelombang otak,dll) akan lambat juga. Prinsip supermemori adalah:
  1. Relaksasi dengan afirmasi penegasan
Di sini kita dilatih untuk melakukan relaksasi tubuh. Sesudah merasa rileks maka kita dapat menegaskan kembali kemampuan-kemampuan kita. Misalnya, kita akan berkata kepada diri sendiri secara berulang-ulang kata-kata saya bisa atau belajar dan mengingat itu mudah bagi saya.
  1. Visualisasi untuk menenangkan diri
Kita perlu membanyangkan seolah-olah kita berada dalam suatu tempat dengan pemandangan yang  menyenangkan (misalnya di suatu pegunungan yang berhawa sejuk, penuh dengan pepohonan hijau). Hal ini bertujuan untuk mengurangi kehawatiran, tekanan dan ketegangan. 
  1. Mengenang kembali keceriaan di masa lalu
Kita diminta mengenang kembali  peristiwa dimasa lalu dimana kita merasakan kesuksesan dalam belajar (misalnya waktu penyerahan hadiah I lomba karya ilmiah mahasiswa). Rasakan lagi pengalaman sukses tersebut? Bayangkan anda pada saat menerima hadiah tersebut? Bagaimana perilaku orang lain yang hadir di situ? Bagaimana rasanya kepala anda pada saat itu?.
  1. Bernafas secara ritmis
Kita berlatih bernafas secara ritmis agar kita mampu mengendalikan dan memperlambat ritme tubuh dan pikiran kita. Urutan-urutannya adalah sebagai berikut : tarik napas-tahan napas-keluarkan napas-pause. Masing-masing dilakukan dalam waktu yang sama, misalnya tarika napas 2 menit, tahan napas 2 menit, keluarkan napas 2 menit dan pause 2 menit, kemudian lamanya masing-masing semakin meningkat.
  1. Mensingkronkan pernapasan kita dengan materi yang didengarkan
Pada saat materi yang harus dihapalkan diperdengarkan selama 4 detik, maka kita menahan nafas selama 4 detik, kemudian kita keluarkan napas selama 2 detik dan ambil napas selama 2 detik juga. Selama kita keluarkan dan ambil napas tidak ada materi yang diperdengarkan. Materi yang harus dihapalkan itu direkam dalam sebuah kaset yang dilatarbelakangi oleh musik klasik. Intonasi suara untuk menyajikan materi perlu bervariasi supaya tidak monoton.

Teori-Teori Pokok Belajar
Secara pragmatis teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan denagn peristiwa belajar.


1.      Connectionism (Koniksionisme)
             Adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L.Thordike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thordike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Berdasarkan eksperimen yang ia lakukan Thordike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon.
2.      Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik)
             Teori ini berkembang berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlow (1849-1936). Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973)
3.      Operant Conditioning
             Teori ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904), seorang penganut behaviorisme yang dianggap controversial. Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yng sama terhadap lingkungan yang dekat.
             Operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melinkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical responden conditioning.
4.      Contiguous Conditioning (Pembiasaan Asosiasi Dekat)
             Adalah sebuah teori belajar yang mengansumsikan terjadinya peristiwa belajar berdasarkan kedekatan hubungan antara stimulus dengan respon yang relevan. Contiguous Conditioning sering disebut sebagai teori belajar istimewa dalam arti paling sederhana dan efisient, karena didalamnya hanya terdapat satu prisip, yaitu kontigunuitas yang bearti kedekatan asosiasi antar stimulus-respons.
             Menurut teori ini apa yang sesungguhnya dipelajari orang, misalnya seorang siswa, adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau stimulus. Artinya setiap peristiwa belajar hanya mungkin terjadisekali saja untuk selamanya atau sama sekali tak terjadi (Reber, 1989 : 153). Dalam pandangan penemu teori tersebut yakni Edwin R.Guthrie (1886-1959), peningkatan berangsur-angsur kinerja hasil belajar yang lazim dicapai seorang siswa bukanlah hasil dari berbagai respons kompleks terhadap stimulus-stimulus sebagaimana yang dinyakini para behavioris lainnya, melainkan karena dekatnya asosiasi antara stimulus dengan respon yang diperlukan.
5.      Cognitive Theory (Teoti Kognitif)
             Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dan sains kognitif yang telah memberi kotribusi yng sangt bearti dlam perkembanagn psikologi belajar. Sains kognitif merupkn himpunn disiplin yang terdiri atas : psikologi kognitif, ilmu-ilmu computer, linguistic, intelegensi buatan, matematika, epistemology, dan neuropsikologi (psikologi syaraf).
             Pendekatan psikologi kognitif lebih menkankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahlikognitif, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental yakni: motivasi, kesengajaan, kenykinan, dan sebagainya.
6.      Social Learning Theori (Teori Belajar Sosial)
             Teori belajar sosial yang juga masyhur denagn sebutan teori observational learning, belajar observasional/dengan pengamatan itu (Pressly&McComick, 1995:216) adalah sebuah teori belajar yang relative masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
             Tokoh utama teori ini adalah Albet Bandura, seorang psikolog pada universitas Stanford Amerika Serikat, yang oleh banyak ahli dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang moderat. Ia memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema konitif manusia itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar